Soto Ayam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Soto Ayam Marissa Haque & Ikang Fawzi
Soto Ayam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Cinta Kuliner Indonesia, Ikang Fawzi & Marissa Haque di Tangsel, Banten

Cinta Kuliner Indonesia, Ikang Fawzi & Marissa Haque di Tangsel, Banten
Cinta Kuliner Indonesia, Ikang Fawzi & Marissa Haque di Tangsel, Banten

Gelitik Soto Ambengan: Marissa Haque & Ikang Fawzi

Gelitik Soto Ambengan: Marissa Haque & Ikang Fawzi
Soto Ambengan Marissa Haque Ikang Fawzi

Kuliner Marissa Haque & Ikang Fawzi

Kuliner Marissa Haque & Ikang Fawzi
Kuliner Marissa Haque & Ikang Fawzi

Senin, 09 Januari 2012

Mimpi Soto untuk Mas @buniyani di Leiden, Belanda: dari Bunda Marissa Haque

“Marissa Haque Fawzi: Terimakasih Mas Buni Yani @buniyani di Leiden, Belanda”

Just do the Best and Allah will do the Rest

Ketika kita di dzolimi oleh orang yang tidak dikenal, dan kita merasa fitnah yang dilontarkan itu keterlaluan kejinya, maka kita boleh meminta Allah Azza wa Jalla untuk menurunkan pertolongan-Nya melalui arah atau pintu yang tak terduga. Inilah yang terjadi ketika saya menangis di dada Ikang Fawzi suamiku tercinta atas fitnah di twitter.com yang dilontarkan oleh @deedeekartika trionya Memes addie MS dan Addie MS yang sering mengatakan bahwa “saya sakit dan segera cepat sembuh.” Dan hal tersebut selalu disebarkannya di twitter-nya atas nama @addiems. Sehingga terpkirkan oleh saya bahwa sayapun rasanya perlu suatu saat menceritakan siapa sebenarnya Addie MS, mengapa dia tidak suka sekolah, dan mengapa sejak dia baru menikah selalu menunjukkan ketidaksenangannya terhadap hobiku bersekolah!

Dee Kartika Djumadi Trionya Memes Addie MS Ternyata Bukan PhD dari Amsterdam Universiteit

Sebenarnya seluruh pemberkasan untuk penuntutan pidana pencemaran nama baik serta perbuatan tidak menyenangkan telah selesai kubuat. Memang terdengar sangat menyeramkan. Apalagi ditambah dengan ancaman hukuman dari UU ITE yang kami (saya dan tim pengacara) akumulasikan. Namun apakah proses hukum tersebut akan terus saya jalankan, tergantung kepada hasil pertemuan saya dengan Dekan FEMA IPB Dr. Arif Satria besok sore atau lusa sore di kantornya.

Terhadap kejahatan yang ditimpakan ke saya, alhamdulillah telah bantuan Allah dari arah tak terduga. Seseorang di negeri Belanda yang bekerja sebagai periset atas nama @buniyani, tanpa diminta telah membuka kedok Dee Kartika Djumadi atas nama twitter @deedeekartika yang mengaku sebagai seorang PhD, ahli ekonomi makro, kader Partai Demokrat, dan pemilik perisahaan “Spin Doctor.”

Kedok yang berhasil diungkapkan oleh @buniyani atas dusta Dee Kartika Djumadi alias @deedeekartika adalah bahwa dia:

(1) tidak pernah lulus dari program doktor di Amsterdam Universiteit; (2) namanya tidak juga terdafar di sana; (3) patut diduga S2 dia dari FKom UI jurusan Komputer juga bodong. Sehingga kita semua sekarang jadi tahu kapasitas Dee Kartika Djumadi atas nama twitter @deedeekartikaitu sesungguhnya bagaimana ya? Yah, kelasnya penipu barangkali ya?

Banyak Pendukung yang Baik Para Kekasih Allah

Semisal: @MarissaFHUFM, @MarissaFEBUGM, @ikangichalovers, dan lain sebagainya yang sesungguhnya baru saya kenal belakangan. Juga yang bernama Wendy, Vavai, Linda, Kirana, Petrus, Khaki, Buana, dan lainnya. Lihatlah semacam dukungan dan permintaan semacam di bawah ini:

Kakanda Buni Yani di Amsterdam, mohon kiranya dpt terus dipantau kebohongan utk & ya?

Ada juga Bang Vivayoga teman KAHMI dari PAN DPR RI, semisal:

Viva Yoga Mauladi

“Nama lengkapnya: Buni Yani Kartika..” hehe.. Pizz.. yang ngeledek menggabungkan nama Mas Buni Yani dengan Dee Kartika Djumadi.

Jadi sebenarnya siapasih si Dee Kartika Djumadi alias @deedeekartika? Baiknya barangkali kita simak hasil investigasi Mas Buni Yani dari Leiden, Belanda ya?, sebagai berikut:

Buni Yani

@ Deededeekartika adalah fellow PublicPolicyIns

Buni Yani

@

argumentasi yg lemah. kalau anda di politik mestinya anda bersih2 mulai dr hal2 kecil ini. jgn ada kebohongan.

Buni Yani

@

mari kita jaga ruang publik kita agar selalu melindungi kebenaran. kalau tak bergelar phd jangan ngaku2.

Buni Yani

@

mas, aku salut sama sampean membela teman, tapi monggo hati2 ya, mari kita sama2 cek. sy tetap respek sama anda.

Buni Yani

@

belum final kesimpulan kita apakah dia tdk tamat dari UvA karena sdg menunggu konfirmasi dari almamater

Buni Yani

@

apa sampean bisa lht nama dia?

Buni Yani

22. ttp utk mengetahui secara persis, kita harus menunggu konfirmasi secara resmi dari universiteit van amsterdam

Buni Yani

21. tak ada nama si tokoh dlm daftar dsertasi UvA ini

Buni Yani

20. jadi mari kita sama2 menjaga ruang publik kita agar tak dipenuhi kebohongan shg mutual trust society bisa kita bangun. SEKIAN.

Buni Yani

19. sekecil apa pun sumbangan kita kpd ruang publik indonesia, ini akan selalu menjadi sumbangan yg berharga

Buni Yani

18. ini juga akan membuat tokoh lain yg tak jujur akan berpikir 2x utk melakukan ketidakjujuran

Buni Yani

17. sikap demikian akan memberikan pembelajaran kpd kita semua agar tak 1 pun tokoh mengambil keuntungan dari kebohongan

Buni Yani

16. karenanya sejak awal kita harus memberlakukan sikap skeptis thd setiap klaim yg dibuat para tokoh yg mencurigakan

Buni Yani

15. kita tak ingin timbulnya social distrust gara2 banyaknya kebohongan publik yg dibuat pelaku politik, ekonomi, budaya

Buni Yani

14. kita harus bersama-sama menjaga agar kejujuran dikedepankan dlm setiap ruang ekonomi, politik+budaya indonesia

Buni Yani

13. dia mantan caleg salah satu parpol, tetapi dlm twitnya selalu bilang tak berafiliasi politik

Buni Yani

12. banyak kejanggalan mengenai tokoh kita ini yg perlu ditelusuri lebih jauh utk membuat ruang publik kita dipenuhi kejujuran

Buni Yani

11. siapa pemilik akun ? dari gaya bhs, sikap, dllnya, kelihatannya akun ini dimiliki oleh tokoh kita itu.

Buni Yani

10. lalu tiba2 saya dikirimi twit oleh yg merekomendasikan tokoh kita ini betul pengajar UI, tamat s1, s2, s3

Buni Yani

9. fakta ini membuat saya semakin curiga tokoh kita ini menggunakan gelar phd dlm namanya utk keuntungan pdhal tak bergelar

Buni Yani

8. utk ngeles, dia bilang sdg ada di breda, kembali ngecek weather forecast, ternyata di breda juga tak ada salju, yg ada hujan

Buni Yani

7. dlm twitnya kpd dia bilang sdg di amsterdam yg bersalju, di belanda tak ada turun salju, saya sejak okt di sini.

Buni Yani

6. bgm tdk curiga dia ke amsterdam th 2008, tetapi belum genap 3 th sdh phd, ini rasanya jarang terjadi. kita akan cek info ini.

Buni Yani

5. kabarnya bahkan tokoh kita ini tamat s2 kom ui saja tdk.

Buni Yani

4. karena tinggal di belanda sy diminta teman utk mengecek apa betul dia betul tamat amsterdam.

Buni Yani

3. karena agresivitas ini, publik jadi penasaran ingin tahu siapa sebetulnya si penyerang yg mengklaim alumni phd amsterdam ini.

Buni Yani

2. dia menyerang salah 1 politisi mantan artis yg kabarnya punya masalah dg studi doktoralnya di ipb.

»

Buni Yani

1. seseorang di twitter memakai gelar phd di web perusahaannya, mengklaim tamat ekonomi makro universiteit van amsterdam belanda

Saya Telah Lulus Program Doktor dari IPB

Berikut bukti kenanganku Marissa Haque Fawzi saat lulus ujian Doktor dari IPB

http://youtu.be/nGwiM9AQQRQ

Semoga Addie MS dan Memes juga Deee Kartika djumadi legowo bahwa saya layak jadi Doktor dengan dignity dari salah satu respectable univeristy di Indonesia bernama IPB. Dan saya menyarankan agar mereka bertiga turut mencicipi nikmatnya menjadi mahasiswa atau mahasiswi di IPB, sebagai kampus menyenangkan dan gudang ilmu.

Apa Rasanya Addie MS dan Memes Punya Mitra Kerja Dee Kartika Djumadi ya?

Saya jadi ingat disaat Mas Adji Soetama dan Ikang Fawzi suamiku muncul di Metro TV untuk mengenang kepergiaan Mas Utha Likumahuwa dan mengumpulkan donasi untuk keluarganya, ternyata yang menjadi pimpinan pengumpulan dana adalah si Dee Kartika Djumadi. Lalu saya juga ingat ‘bisik-bisik’ diantara teman jurnalis infotainment, bahwa si ‘tokoh’ yang mengatasnamakan ketua pengumpulan dana itu mendapatkan dana besar dari Ketua Umum Partai demokrat bernama Bang Anas Urbaningrum sebesar Rp 100 juta,-. Karenanya Dee Kartika Djumadi bisa nyanyi trio bersama suamiku Ikang Fawzi dan Adjie Soetama. Gambarnya adalah sebagai berikut di bawah ini:

Karena fungsinya sebagai “kurir” dana sumbangan tersebut karenanya patut diduga dia dengan leluasa menempatkan dirinya dalam jajaran artis atau figur publik terkenal di Indonesia. Karena tak lama setelah aktivitas tersebut album Trio Memes Addie MS yang diproduseri oleh dekan FEMA IPB bernama Dr. arif Satria alias @arif_satria lalu muncul di pasaran.

Saya jujur terluka! Bahkan merasa terhina oleh komentar yang dilakukan oleh Dee kartika Djumadi dengan mengatasnnamakan Dekan FEMA IPB Dr. Arif Satria @arif_satria, sebagaimana yang saya lampirkan di bawah ini:

Apabila anda dalam posisi saya, dan telah habis-habisan melalui seluruh rangkaian proses akademik dan administrasi di sebuah institusi pendidikan bergengsi Indonesia seperti IPB, apa yang akan anda sekalian rasakan?

Saya yakin rasa terluka saya yang dalam berikut rasa pahit karena dihina dapat menjalar kepada para pembaca blog saya dimanapun anda berada. Lebih jauh, saya semakin terluka karena Addie MS suami Memes yang merupakan kawan SMA suamiku ikut-ikutan memberikan komentar tidak menyenangkan, sebagaimana saya tunjukkan di bawah ini:

Addie MS dari sejak lama memang merasa terganggu atas hobiku yang bertolakbelakang dengan dia. Selama masa perkawinan saya memang saya cuekkan karena memang nafsi-nafsi saja! Beda dunia dan ladang tempat mencari nafkah. Saya memang mulai merasa sangat terganggu dengan ‘hobi’ pamer payudara para artis penyanyi lawas Indonesia seangkatan saya. Dan kegusaran saya itu sering saya sampaikan ke Ikang Fawzi suami saya karena itu dunia nyanyi dia. Entah mungkin karena Ikang Fawzi suamiku tahu saya tidak suka dengan ‘gerakan jualan payudara’ para artis lawas dan ternyata dalam show “Odessey” Vina Panduwinata berpakaian seronok semacam yang saya gusarkan, lalu saya tidak diundang!

Yang parah adegan manggung Vina Panduwinata dengan payudara hanya 1/3 tertutup, pakai berpelukan dengan Ikang Fawzi suamiku! dengan adanya kejadian di atas panggung tersebut, membuat saya sempat mendiamkan suami untuk waktu yang lumayan lama!

Rasa jijik dan terlukaku demikian dalam. Khususnya karena saya sangat-sangat kenal siapa dan bagaimana gaya bergaul Vina Panduwinata yang sangat “ramah” alias “rajin menjamah.”

Sehingga, bagaimana saya bisa dibilang sakit dan Addie MS yang normal? Padahal adegan di acara “Oddesey” itu dekat dengan saat dia mau pergi haji. Sesungguhnya saya tidak peduli, termasuk ketidakmampuan dia menasehati istrinyapun saya tidak perduli!

Rupanya saat berhaji itulah dia berkenalan dengan Dekan FEMA IPB @arif_satria seperti apa yang didapatkan di akun twitter-nya.

Addie MS dan Memes memang media darling, dan dia punya kawan media yang sering juga menyerang saya bernama Denny Sakrie. Lagi-lagi saya tidak kenal dia, sehingga komentar saya hanya pada beberapa gambar poster lama saya prosuksi Pak Raam Punjabi yang dia tayangkan di koleksi gambar twitter-nya. Tapi untuk apa coba Bang Denny sakrie melakukan semua itu terhadap saya? Bukankah anatar dia dan saya tidak ada urusannya? Saya akan up-load-kan foto Denny Sakrie dan Addie MS di lain waktu, Juga Dekan FEM IPB dan Addie MS saat berhaji tahun lalu. Ada apa dengan semua itu? Kenapa saya harus mereka korbankan? Siapa master-mind di belakang ini semua?

Sebenarnya saya salut dan bangga dengan apa yang sudah diraih Memes dan addie MS dan kedua putra mereka, dan berdoa semoga dalam waktu dekat kedua anak-anakku juga mampu memproduksi lagu dan musik seperti mereka. Jujur mereka berbakat dan produktif. Sebagai yang pernah kenal dengan mereka saat masih kecil dulu, demi Allah saya turut bangga. Tapi dengan luka menganga di dadaku terkait dugaan kecemburuan mereka terhadap prestasi capaian akademikku, khususnya doktor dari IPB dengan dignity, kok rasanya akan lamaaaa…. sekali baru akan sembuh.

Innalillahi wa innailaihi rojiuun... saya mencoba memaafkan mereka semua, walau hukum harus tetap dijalankan…

Mas Buni Yani saudaraku yang dirahmati Allah… may Allah bless you always my brother… Hati-hati di ranah orang, Belanda jauh, namun Allah Azza wa Jalla dekat ya Mas? Allahu Akbar!

Terimakasih banyak untuk semua investigasinya terhadap @deedeekartika alias Dee Kartika Djumadi sang PhD bodong dari Amsterdam Universiteit, Belanda. Termasuk juga bahwa Dee Kartika Djumadi yang akun di twitter-nya hari ini baru diganti dengan @deespindoctors ternyata juga bodong sebagai ILUNI dari Fakultas Ilmu Komputer. Dia si @deedeekartika alias Dee Kartika Djumadi atau @deespindoctors drop out dari Universitas Indonesia! Sehingga memang tidak heran kelakuan dia sangat tidak berbudaya karena memang stadar S1 sih ya?

fasilkom-bodongnya-dee-kartika-djumadi-bukan-dari-amsterdam-universiteit

“Marissa Haque Fawzi: Terimakasih Mas Buni Yani @buniyani di Leiden, Belanda”


Jumat, 20 Mei 2011

Pecinta Soto Kekasih Allah & Sahabatku Bunda Yoyoh Yusroh Berpulang Semalam: Marissa HAque Fawzi


Innalillahi wa innailaihi roojiuun...

Kelu rasanya hati ini ketika pagi dini hari mendapat sms bertubi dari Akhi Holiq saudara PKS-ku. Telah berpulang ke Rahmatullah Ukhti Yoyoh Yusroh yang selama ini menjadi a shoulder to cry on ku terkait dengan perjuangan menjujurkan keadilan di Provinsi Banten...

Selamat jalan Bunda Yoyoh sahabatku, saudariku... sampaikan salam kasih dan hormat kami sekeluarga saat perjumpaan dengan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW... Rindu kita semua kepada Allah Azza wa Jalla. Suatu saat kita akan bertemu lagi ya mbak?

Minggu, 17 April 2011

Soto Ayam Politik Pak Beye: Wisnu Nugroho dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Politik

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Wisnu Nugroho

ngeblog di kompasiana tentang pak beye dan istananya dengan semangat, "mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting".

Soto ayam Kegemaran Pak Beye

suatu siang di ruang makan pak beye dengan soto ayam kegemaran/rumgapres

suatu siang di ruang makan pak beye dengan soto ayam kegemaran/rumgapres

apa menu makan siang anda hari ini?

tak usah berkecil hati jika hanya pecel lele pinggir jalan di mana penjualnya umumnya dari lamongan. pecel lele dalam tiga tahun terakhir naik daun karena ternyata mampu menggoyang lidah orang terkaya di indonesia versi forbes asia, 2007. pakical baru pertama kali melihat dan mencicipinya saat menjadi menteri koordiantor bidang kesejahteraan rakyat.

tak usah juga malu kalau ternyata cuma pecel madiun yang walaupun murah-meriah ternyatalah penuh gizi dan manfaat untuk pencernaan kita. bukankah rata-rata dari kia punya keluhan jika hendak ke belakang? hehehe

tak usah juga risih jika masakan rumah hasil olahan isteri atau ibu tercinta yang baik hati seperti nasi plus telor rebus, telor mata sapi, atau telor dadar campur bawang yang menjadi menu makan siang anda.

sesederhana apa pun menu makan siang anda, pasti merupakan bagian dari hasil jerih payah anda dalam bekerja. karena itu, sudah sepatutnya anda bangga. kebanggan juga perlu tetap ada di dada karena ternyata menu makan siang harian kita juga menjadi menu makan siang banyak keluarga di indonesia.

pak beye misalnya. menu makan siangnya ternyata masuk dalam kalangan kita.

suatu siang, pertengahan maret 2006. usai menerima puluhan murid dan beberapa guru sekolah dasar alazar i jakarta di ruang kerjanya, pak beye mengajak tiga wartawan ke ruang makan kecilnya. ruang makan kecil dengan meja makan berkursi enam berada di sisi timur ruang kerja. ruang makan ini tersembunyi karena berada di dalam lorong. pintu putih senada dengan warna tembok ruang kerja menutupinya.

“sudah makan siang belum? mau lihat makan siang presiden?” tanya pak beye.

kami yang ada di depan pak beye celingukkan dan bertanya, siapa gerangan yang diajak bicara. tanpa menunggu jawaban, pak beye mempersilahkan. di dalam ruang makan itu kami tersenyum lebar melihat dan mendengar menu makan siang kesukaan pak beye: soto ayam olahan pemasak istana. ibu budi nama pemasak istana yang pintar dan baik hati itu.

makan siang pak beye disiapkan untuk porsi dua orang dan diletakkan dalam wadah bulat terklasifikasi. ada nasi putih, kuah soto ayam dengan soun, telur rebus terbelah-belah, telur dadar, perkedel kentang, dan ayam goreng bumbu. krupuk kampung, krupuk udang, renginang, berikut sambal hijau dan merah juga terhidang. tidak lupa, tersedia kecap hitam. empat gelas berisi dua air putih dan dua sirup cocopandan juga terhidang.

untuk siang-siang lainnya, menu makan siang pak beye menurut ibu budi juga biasa. ibu budi yang setiap hari belanja di pasar tradisional di dekat istana kerap memasak gado-gado, pecel, trancam, sayur asem, ikan asing, tahu goreng, tempe goreng, empal, dan menu makanan lainnya sesuai pesanan dan keinginan pak beye.

dari sekian jenis lauk-pauk yang bisa dijadikan camilan, pak beye paling suka digorengkan tahu sumedang. jika masih hangat dan ada cabe rawit yang menyertainya, sepuluh butir tahu sumedang bisa dihabiskan. meskipun lahir dan tumbuh dewasa di pacitan, pak beye gemar tahu sumedang yang dikenalnya secara akrab saat ditugaskan di jawa barat sejak lulus dari akabri 1973.

jadi, apa menu makan siang anda hari ini?

menu makan siang saya hari ini adalah urap tempe bacem plus peyek teri yang dijajakan di depan pasar sentul, pakualaman, yogyakarta. di tengah krisis keuangan global (hehehehe apa coba hubungannya), menu makan siang ini terasa lebih nikmat. cuma rp 7.000 plus teh hangat manis.

nyam-nyam-nyam, sluruuup, kriuk-kriuk….



Sumber: http://politik.kompasiana.com/2008/11/21/soto-ayam-kegemaran-pak-beye/

Soto Pak Slamet Gamping Yogya: Mujiyanto dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

Mujiyanto

Menjadi Geographer dan mengabdi buat Ministry of Health dalam bidang research and development. Interest dalam bidang Spatial epidemiology, GIS, and Remote Sensing. Mencintai olahraga bola, bulutangkis serta music. Selalu untuk tersenyum buat Indonesia tercinta... http://www.mujiyanto.com

Kenikmatan Soto Pak Slamet Gamping, Jogja


13024780271980974978 Wisata kuliner di Jogja, mesti harus mencoba menu makanan ini…yah..Soto…Soto memang ada banyak jenisnya mulai Soto Sulung, Soto Surabaya, Soto Kudus, Soto Banjar, Soto Bandung, Soto Makassar alias Cotto, dan tentunya Soto khas Jogja. Di wilayah Jogjakarta sendiri soto sangat banyak dan memiliki cita rasa yang berbeda juga. Beberapa yang terkenal mungkin adalah Soto Pak Sholeh yang menawarkan menu dading sapinya dan juga Soto Kadipiro yang mengenalkan nama kampung Kadipiro sebagai iconnya.

Namun untuk soto yang satu ini boleh dibilang sebagai salah satu warung soto yang tidak kalah dari warung-warung soto di atas. Menyajikan menu daging ayam kampung, Soto Pak Slamet terletak di dusun Mejing Kidul, Gamping, Sleman (kurang lebih 10 km dari pusat kota Jogja) sangat nyaman untuk dikunjungi. Dengan areal yang luas dengan fasilitas parkir dan musholla dan didukung pemandangan alam berupa areal persawahan sangat nyaman untuk acara keluarga ataupun keluarga.

Soto Pak Slamet dengan satu porsi Rp 6000 sangat terjangkau ditambah dengan menu-menu hidangan pendamping soto seperti perkedel, tempe dan tahu bacem, “dodo menthok” dan lain -lain sangat nikmat untuk dicoba.

1302478127940044092

Menu Soto Pak Slamet dan

Cita rasa yang disajikan sangat terasa di lidah didukung oleh sambal yang kuat pedasnya, sehingga tidak mengherankan kalo warung ini ramai dikunjungi apalagi waktu jam makan siang. Warung yang mulai buka jam 7 pagi ini juga pas buat menu sarapan, apalagi kalo pas cuaca yang dingin, sangat nikmat menikmati soto ini. Beberapa orang ternama di negeri ini juga sudah mampir di warung ini, seperti petinju Chris John, Pak Bondan “Mak nyuss”, dan beberapa artis lainnya.

Salam kuliner kompasiana Jogja


Sumber: http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/04/11/kenikmatan-soto-pak-slamet-gamping-jogja/

De Soto yang Bukan Soto: dalam Ikang Fawzi & Marissa Haque



Soto Lemas Jatim

Sumber: http://umum.kompasiana.com/2008/11/30/soto-lemas-jatim/

September 2000, Hernando De Soto meluncurkan Mystery of Capital. Ekonom senior Peru itu mengolah lebih lanjut argumen Adam Smith yang diluncurkan pada 1779 tentang aset alias kapital. Bagi De Soto, orang miskin sekalipun punya aset. Bahkan, kapitalisasi aset di suatu negara itu jauh lebih besar dibandingkan jumlah investasi asing.

Sayangnya, aset itu terpenjara alias tidak bisa digunakan karena tidak ada keabsahan dari segi legal. Meski mengaku punya tanya 10 are alias 100 meter kali 100 meter persegi, petani di Bali tidak bisa mengagunkan tanahnya ke bank karena tidak punya sertifikat. Wajar mereka dengan cepat melego tanahnya ketika ada pebisnis pariwisata menawar.

Saya tidak tahu apakah Imam Utomo yang menjadi Gubernur Jawa Timur periode 1998-2008 pernah membaca buku De Soto itu. Tetapi, di penghujung masa baktinya yang pertama, ia gencar memprogramkan sertifikasi lahan petani. Di Jatim, lebih dari 50 persen penduduk jadi petani dengan luas lahan rata-rata 0,5 hektar.

Meski mayoritas, petani di Jatim tidak banyak berubah daya ekonominya. Setiap tahun selalu kesulitan uang untuk beli bibit, pupuk, bayar cicilan di warung, dan iuran sekolah anak. Mereka hampir tidak punya modal untuk ekspansi usaha.

Imam Utomo mencoba mencari terobosan agar petani bisa mendapatkan modal. Bank bisa meminjami asal ada jaminan. Petani punya tanah tetapi tidak bisa diagunkan karena surat-suratnya tidak jelas. Maka sertifikasi jadi jawaban.

Petani diberi pinjaman untuk biaya sertifikasi. Bank Jatim diberi tanggung jawab menyalurkan kredit itu. Beragam baliho dipasang untuk menyosialisasikan itu. Baliho terutama bergambar Imam menyerahkan sertifikat kepada salah satu petani.

Sulit tidak menyatakan, Imam sedang berusaha mengaplikasikan pemikiran De Soto. Tetapi, tidak mudah pula menyatakan itu akan berhasil.

Setidaknya, gaung program itu semakin redup di penghujung masa baktinya. Beragam tantangan pada program itu. salah satunya dari oknum petugas pembuat sertifikat. Salah satu buktinya, kepala BPN Surabaya, Khudlori tertangkap tangan oleh KPK saat menerima suap untuk memperlancar pembuatan sertifikat.

Selama orang seperti Khudlori masih banyak di birokrasi, tidak mudah membuat sertifikat tanah. Wajarlah, ide De Soto soal pemberdayaan aset orang miskin jadi lemas di Jatim. De Soto kalah oleh Khudlori.

Sumber: Kris RM, http://umum.kompasiana.com/2008/11/30/soto-lemas-jatim/


Soto Kwali Surabaya Uenak Tenan: Johan Wahyudi dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi


Writerpreneur dan Edu Trainer, Penulis dan Penyunting Buku, Pengajar, Peneliti (PTK),Penerima Beasiswa Kemendiknas Program Doktor, dan Motivator. Senang diundang untuk berdiskusi tentang Penulisan PTK atau Buku. BANYAK MEMBERI BANYAK MENERIMA. HP 0856 251 7895 atau email jwah1972@gmail.com.
Semangkok soto kwali penuh gizi

Semangkok soto kwali penuh gizi

Jika Anda menuju Surabaya melalui jalur Salatiga ke arah Sragen, Anda akan menjumpai sebuah warung sederhana di sebelah timur perempatan Gemolong. Warung makan sederhana itu bernama Soto Kwali Barokah. Apa sih keistimewaan warung itu?

Setiap pagi, berjibun penikmat soto rela antre. Ini disebabkan warung itu menyajikan menu istimewa, yakni Soto Kwali. Selain rasanya yang khas, harga dan rasa tidak sebanding. Bayangkan, hanya dengan uang Rp 1.250, Anda sudah disuguhi semangkok soto kwali daging sapi. Soto yang dimasak dengan arang kayu dalam sebuah kwali. Karena prosesnya alami, rasanya pun juga alami: gurih dan natural.

Tempe goreng yang dibungkus daun

Tempe goreng yang dibungkus daun

Tidak hanya itu. Warung itu juga menyediakan aneka masakan kampung lainnya. Sebut saja tempe goreng bungkus daun. Kalau tempe kedelai berbungkus plastik, kita dapat menjumpai di mana saja. Namun, jarang kita temukan tempe berbungkus daun.

Tahu isi nan penuh gizi

Tahu isi nan penuh gizi

Selain itu, ada juga tahu goring, tahu isi, sate telur puyuh, dan karak (sejenis kerupuk dari nasi). Karena sajian istimewa itu, warung itu sedemikian terkenal di daerah saya. Tak ketinggalan pagi ini. Sambil mengantar anak saya ke sekolah, saya selalu menyempatkan menikmati soto kwali. Eem, nikmat! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)

Sumber: http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2010/05/29/menikmati-soto-kwali/

Soto Kampanye Pak JK: Iwan Piliang dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi


Pengalaman di dua kota, Martapura, Kalimantan Selatan dan Semarang, Jawa Tengah, bersama JK. Reportase seorang blogger mara bersamanya. Soto Bangkong, sebuah simbol kegigihan berwirausaha, turut disinggahi JK.

WAKTU di jam saya dua puluh menit lagi menjelang pukul 16.00, Rabu, 25 Maret 2009. Perempatan di Jl. A. Yani, Jl. MT Haryono dan Jl. Brigjen Katamso, Semarang, Jawan Tenngah, terasa kian hidup, ketika Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden, hari itu sebagai Ketua Umum Partai Golkar usai berkampanye, membelokkan rombongan yang sedang menuju airport, singgah dulu ke warung Soto Bangkong.

Bangkong bukanlah kodok, sebagaimana lema dalam bahasa Sunda. Bangkong sebuah daerah di kawasan perempatan itu.

JK duluan masuk bersama Ny. Mufidah. Di ruang sebelah kanan, deretan enam meja tampak sudah dikosongkan. Di meja pertama di sebelah kanan, JK duduk, di hadapannya, Muladi, pengurus teras Golkar mendampingi. Di atas meja ada rombongan kerupuk di dalam tatakan plastik merah. Sebuah mangkok berisi tusukan lidi macam sate telur puyuh, mangkok lain ada daging kerang. Ada juga bilah daging ayam. Bilah-pilah lidi berisi lauk mengundang selera. Mangkok-mangkok soto panas datang mengepulkan asap, mengalirkan aroma berbumbu bawang putih goreng, berpotongan kecil hijau daun kucai.

Seorang pria tua membawa baki alumunium, menghidangkan soto di meja JK.

Pria berkaos putih, berkopiah, yang tinggi badannya tidak lebih tinggi dari JK itu, duduk santun diminta JK mendampinginya. Pria itu H. Soleh Soekarno, sejak 1950, telah menjual Soto Bangkong dengan pikulan di sebelah ruang JK menyantap soto petang itu.

“Apa rahasia enaknya soto Bapak?”

JK bertanya kepada Soleh yang duduk di kanannya.

”Resepnya sama saja dengan soto lain, tak ada yang rahasia. Tetapi intinya, kalau kita sudah senang mengerjakan sesuatu, kita harus membagi kesenangan itu dengan orang lain. Mulai dari masak soto sampai melayani pembeli, saya lakukan dengan senang, dengan krenteg, supaya rasa senang itu ikut dirasakan orang yang memakannya,” ujar Soleh.

Saya dengar dialog JK dalam jarak tiga meter.

Sebuah kiat menarik disampaikan Soleh; ihwal menyenangkan orang.

Sebuah meja di belakang JK, diisi oleh rombongan Sekjen Golkar, Sumarsono. Saya bergabung di meja itu. Tak lama kemudian, Soleh berdiri, lalu ke belakang dan datang ke meja kami, membawa baki berisi empat mangkok soto.

Masih melayani sendiri?

“Iya Mas. Saya masih ikut kontrol masakan,” ujar Soleh.

Usia Soleh sudah 94 tahun.

Di balik rambutnya yang memutih menyembul di sela kopiah hitam, mengingatkan saya kepada Colonel Sanders, sosok yang fotonya dipajang di restoran waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC), asal AS itu. Soto Bangkong kini telah pula memiliki gerai lebih di 20 tempat di berbagai kota, tak kalah dengan KFC.

Soleh Soekarno layak menjadi simbol akan wirausahawan asli Indonesia; fokus jualannya, ulet, gigih, sejak lama sudah terbiasa bangun di pukul 02.30 dinihari, meracik bumbu, memasak, memikul dan mendagangkan. Seluruh jurus ilmu berusaha di tangannya.

SEKITAR tiga jam sebelumnya, di saat berada di Bandara Achmad Yani, Semarang, di ruang tunggu saya sempat menyampaikan kepada Ridwan Mustofa, Sekjen Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), yang kebetulan ikut menyimak perjalanan kampanye JK hari itu.

Saya sampaikan kembali soal kegundahan saya ihwal kriteria pengusaha kepada Ridwan. Di beberapa Sketsa pernah saya tulis soal ini. Kriteria pengusaha, adalah sosok yang memproduksi dan menghasilkan produk dan atau jasa. Sedangkan skala usaha, dapat dilihat dari besaran produk dan atau jasa itu masuk ke pasaran.

Pekan lalu di saat JK mengundang beberapa blogger bertemu dengannya di Restoran Pisa, Jl. Mahakam, Jakarta Selatan , saya sempat bertanya kepadanya; di tengah jumlah pengusaha tak sampai 1,7% dari jumlah penduduk, mengapa kini banyak pengusaha, beralih seakan memproduk-jasakan politik?

“Berpolitik butuh biaya.”

“Lagian PNS, ABRI, tidak boleh berpolitik, jadi banyaklah pengusaha yang mengambil peran itu,” jawab JK.

Jika saja para politikus yang ada, sudah mapan usahanya macam H Soleh Soekarno, pemilik warung Soto Bangkong itu, akan lain ceritanya. Apalagi ia pun sudah melakukan arah pengembangan, dan pembagian hak bagi anak cucunya, agar usaha tetap dapat berlanjut.

Setiap anak Soleh mendapat hak mendirikan cabang restoran Soto Bangkong sesuai jumlah cucu. Misalnya anak dengan 4 cucu berhak mendirikan lima cabang, yakni masing-masing satu untuk anak dan satu untuk masing-masing cucu.

”Jumlah cabang Soto Bangkong tak boleh melebihi jumlah hak tersebut,” ujar Soleh.

Melalui sistem itu, diharapkan sepeninggal Soleh kelak, tak terjadi rebutan di antara anak-anaknya tentang siapa yang berhak meneruskan usaha soto tersebut.

Jika saja sosok-sosok macam Soleh kemudian berada di ranah politik NKRI ini, bisa jadi akan lain corak ranah kehidupan kita. Apakah dengan mengajak singgah makan di Soto Bangkong, JK ingin menyampaikan perihal ini?

Bisa jadi.

Dari buku yang ditulis oleh Hamid Awaludin, mantan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia itu, saya mendapatkan gambaran, bahwa biaya awal negosiasi perundingan damai Aceh di Helsinki, memakai dana pribadi JK. Hamid menyebut angka mencapai total mendekati Rp 5 miliar memakai uang pribadi JK.

Bahkan Hamid menulis, “Saya tak tahu apakah negara kemudian sudah mengganti uang JK.”

Nah, dalam kerangka kepengusahaan, sebelum berpolitik, keberadaan JK memang sudah macam, H. Soleh, memiliki dagangan sebagai distributor produk PT Astra International bagi daerah Indonesia Timur, antara lain. Usaha keluarga yang dirintis ayahandanya H. Kalla dengan NV Kalla itu, itu kemudian merambah banyak bidang, termasuk manufaktur.

MENJELANG berkampanye di alun-laun Simpang Lima, Semarang itu, rombongan JK singgah di Hotel Santika. Di hotel itu sudah menunggu deretan becak. JK bersama Ny,. Mufidah, naik becak sekitar 200-an meter.

Sebagaimana di Martapura, Kalimantan Selatan di pagi harinya, JK tidak panjang bicara. Di hadapan ribuan massa di udara yang panas, ia lebih banyak berdialog, dan meminta lima orang naik ke panggung.

Bagaikan anchor di televisi JK bertanya, banyak hal. Kepada seoarang pria paruh baya, ia menanyakan mengapa memilih partainya, apa alasannya. Kepada seorang ibu-ibu, ia bertanya bagaimana soal harga sembako.

Seorang anak muda bersandal jepit, berkaus biru diminta JK naik ke panggung. Sosok anak muda itu mengaku pemilih pemula. Anak muda itu menunjukkan simpatinya kepada JK dan partainya, kendati banyak dihujat, tetapi terus bekerja.

“Saya yakin Bapak bisa memberikan pendidikan murah ke depan.”

Harapan anak muda itu, mewakili suara segenap warga.

Di Martapura, Kalimantan Selatan menjelang pukul 11.00 di hari yang sama adegan berkampanye yang sama dilakukan JK. Setelah sempat mampir ke kediaman tokoh agama di Martapura, JK lalu ke Stadiun Barakat. Dari atas panggung, JK, meminta beberapa peserta kampanye ke panggung. Seorang pemuda bertanya tentang keadaan pembangunan jalan yang kini banyak rusak.

Tidak ada kalimat berteriak dari JK. Apalagi udara di Martapura terasa lebih panas dibanding di Semarang.

“Terik matahari ini merupakan berkah, karena daerah ini berada di garis khatulistiwa”

“Karena matahari ini, menumbuhkan tanaman, kayu, beragam, membuat kaya alam yang mengandung kekayaan mineral.”

JK pun menympaikan rencana pemerintah, untuk menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

“Ke depan batubara tidak lagi banyak diekspor, kita akan gunakan membangun industri baja terbesar,” ujarnya JK.

Jika saja langkah-langkah membuat asset sumber daya alam dengan membuat industri turunannya sudah berjalan sejak dulu, dipastikan penyerapan tenaga kerja besar dapat dilakukan. Dan nilai tambah akan membuat volume pemasukan Negara signifikan naik.

Belum ada kata terlambat memang.

Apalagi untuk membangun menjalankan visi, misi seorang pemimpin di negeri ini, bisa jadi ibarat mengeret kambing mandi ke kali; multi partai membuat kebijakan sulit mulus berjalan. Anggota DPR yang acap belum teruji sebagai tokoh tertentu dalam masyarakat, memilki berbagai kepentingan, seakan memberatkan kepentingan negara.

Dalam kerangka pikir demikianlah tampaknya JK memmbulatkan tekad, mengajak masyarakat mendukungnya. Dalam lema saya, jika banyak sosok macam H. Soleh, pemilik Soto Bangkong yang mau berpolitik, maka akan jayalah Indonesia.***

Iwan Piliang, literary Citizen Reporter, blog-presstalk.com

Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/03/26/jusuf-kalla-semangkok-soto-dalam-kampanye/